Sunday, February 24

Sepucuk Surat


Ayah.
Maafkan aku yang selama ini belum bisa menjadi anak yang baik. Maafkan aku terkadang aku sering kesal padamu. Maafkan aku, aku sering membantah nasihatmu…
Ayah.
Aku tahu alasanmu selalu melarangku pergi malam. Kau ingin menjagaku pasti. Ku paham itu. Kau tak mau aku mencicipi dunia malam yang gemerlap, karena kau takut aku akan menjadi sosok yang penuh dengan dosa. Aku tahu mengapa kau melarangku untuk mempunyai hubungan dekat dengan lelaki. Pasti karena kau tak kuasa menahan cemburumu yang amat sangat. Kau tak mau ada lelaki yang merebut gadis kecilmu, di saat yang kurang tepat ini.
Ayah.
Terima kasih untuk segala kebaikanmu padaku. Terimakasih untuk semua jerih payahmu membanting tulang demi keluarga ini. Aku menyayangimu sangat.
Ayah. Engkaulah yang terbaik.

Ibu.
Kau segalanya bagiku. Aku menyayangimu lebih dari apapun di dunia ini. Memang terkadang aku sering kesal padamu, karena hampir setiap hari kau memarahiku. Namun, aku sadar semua amarahmu beralaskan dan itulah yang terbaik untukku.
Ibu.
Maafkan aku, terlalu letihnya aku dengan segala aktivitasku terkadang aku malas membalas sms darimu. Ku pikir hanya sekedar menanyakan keadaanku, apakah aku sudah makan atau belum. Tapi aku tahu kau sangat menghawatirkanku. Memperhatikanku sampai setiap detail kebutuhanku.
Ibu.
Jika ku kembali memutar rekaman proses kelahiranku lima belas tahun silam, aku yakin aku akan menangis. Kau harus melahirkan seorang aku, yang kemudian tumbuh menjadi anak yang seperti  ini. Kau sangat kuat. Ya, kau wanita terkuat yang pernah aku kenal.
Ibu.
Kuucapkan terimakasih yang sangat teramat dalam kepadamu. Untuk seluruhnya. Untuk semuanya, dan untuk segalanya.
Ibu. Engkaulah yang terbaik.

Adik.
Hai adikku. Jauh di lubuk hatiku, aku sangat menyayangimu. Kau bonekaku, kau temanku, kau adikku. Maafkan aku, Dik aku pernah membuat kau terjatuh sehingga keningmu berlumuran darah. Aku jahat. Aku bodoh. Maafkan aku aku sering mengacuhkan semua ajakanmu, panggilanmu…
Dik.
Kau adikku satu-satunya. Adik perempuan yang sangat aku sayang.
Dik.
Terima kasih sudah mau menjadi penghiburku saatku sedih. Menjadi badut dalam hari-hariku.
Aku berjanji akan menjadi kakak yang baik bagimu.
Dik. Engkaulah yang terbaik.

Kalian semua memang bukan yang terhebat, tapi kalian semuanyalah yang terbaik. Selamanya, aku menyayangi keluarga ini.

Sekian dari aku. Aku pamit.

No comments:

Post a Comment